Jungfraujoch 3471 m ü.M, Top of Europe

Jungfraujoch, 3471 meter di atas permukaan laut, disebut sebagai Top of Europe. Puncak yang berada di deretan pegunungan Alpen di Switzerland adalah termasuk salah satu warisan dunia yang diakui badan dunia UNESCO. Hari Sabtu, 31 Oktober 2009 kami sekeluarga menghabiskan akhir pekan di sana. Berkebetulan ada 30% Ermässigung dari SBB yang berlaku hingga akhir Oktober 2009, sehingga ongkos perjalanan ke sana 30% persen lebih murah dari biasanya. Dengan kocek 101 sFr per orang dewasa dari Oberentfelden, sudah bisa tiba di tujuan,  anak-anak sampai 15 tahun gratis bila bepergian dengan satu orang dewasa. Tiket ke Jungfraujoch termasuk yang termahal di Switzerland utk ukuran wisata ke pegunungan.

http://www.jungfraubahn.ch/

Jungfraujoch 3471 M, Top of Europe

Jungfraujoch 3471 M, Top of Europe

Sekitar pukul 12.22 siang kami sudah tiba di Jungfraujoch, setelah sekitar 4.5 jam perjalan kereta api mulai dari Oberentfelden, tampak di sepanjang perjalanan ragam pemandangan yang sangat indah dan menakjubkan, di antara kaki dan lembah pegunungan Alpen yang tampak sangat kokoh dan gagah itu. Dari Interlaken Ost, masih ada 2 kali pergantian kereta untuk bisa tiba di puncak Jungfraujoch. 

Peta Perjalanan dari Interlaken Ost ke Jungfaujoch

Peta Perjalanan dari Interlaken Ost ke Jungfaujoch

Perjalanan terakhir dari Kleine Scheidegg adalah perjalanan kereta gunung yang paling menanjak naik dengan kecepatan kereta api gunung yang cukup pelan, berkisar 50 menit dan nyaris selama 40 menit adalah menerobos terowongan batu yang dibentuk menjadi tunnel hampir seratus tahun lalu, beroperasi sejak tahun 1912.

Saya sempat membayangkan betapa pintar dan jeniusnya para insinyur yang merancang(disamping teknologinya)  punya ide desain untuk terowongan sepanjang 7 Km dari Eiger sampai Mönch yang menembus bebatuan keras dan sangat solid tersebut.

Sebelum tiba di puncak, ada 2 kali berhenti di perjalanan (Eigerwand dan Eismeer, Eismeer bila diartikan adalah lautan es) utk sejenak menghirup udara segar di area yang sudah disediakan berupa akses dan jendela di kaki gunung batu untuk dapat memandang ke bawah, sekaligus agar penumpang tidak terlalu bosan dan sekaligus untuk dapat menyesuaikan diri dengan semakin berkurangnyag udara dan oksigen karena dampak ketinggian.

Di Kleine Scheidegg jereta datang untuk naik lagi ke Jungfraujoch

Di Kleine Scheidegg kereta datang untuk naik lagi ke Jungfraujoch

Setiba di stasiun terakhir di Jungfraujoch, kami pun segera bergegas ingin menyaksikan keanggunan Jungfraujoch, sejenak arti “Jungfrau” adalah “perempuan muda”, yang jelas mengisyaratkan sebuah keanggunan dan kecantikan bukan? Di sana kami bertemu dengan Debora dan Mike yang sudah lebih dulu sampai di sana. Namun karena perut sudah mulai terasa lapar, kami segera menuju restoran yang ada di sana, untuk mengisi bahan bakar agar ada energi utk menjelajahi kemolekan dan keanggunan tempat itu. Harga makanan tidaklah terlalu mahal, untuk bertiga, kami membayar tidak lebih dari 60 sFr. Ini juga salah satu keistimewaan tempat wisata di Swiss, harga makanan atau souvenir tidak berarti lebih mahal dibandingkan dengan di tempat umum.

En Guete !

En Guete !

Di pegunungan ini tidak ditemui tumbuhan yang tumbuh secara alami, hanya ditutupi oleh salju abadi (gletser) yang tidak pernah mencair sepanjang masa. Pegunungan yang terbentuk dari batu-batu keras yang konon katanya sudah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu yang sangat kokoh menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan yang tampak pada tebing-tebing yang tinggi dan terjal.

Dengan Helikopter

Dengan Helikopter

Sangat banyak lokasi wisata yang ditawarkan di sana, fasilitas lift ataupun tangga juga tersedia, juga ada toko souvenir, ataupun untuk sekedar minum kopi, semua ada tempatnya. Bahkan kalau mau keluar dari gedung untuk berjalan di atas salju juga dipersilahkan.  Ada istana es (Eispalast), namun mesti hati-hati dan sepatu es atau sepatu salju serta jacket tebal dan sarung tangan, juga penutup kepala nampaknya menjadi wajib untuk dipakai. Banyak patung-patung es di dalamnya yang menambah serunya perjalanan ke istana es ini. Juga disediakan tempat-tempat khusus untuk sekedar mengambil gambar. Maka kamera Anda jangan sampai kehabisan baterai.

Eispalast

Eispalast

Selain didisain untuk tempat wisata, di sana juga ada dibangun gedung pusat observasi alam untuk keperluan geologi, fisika, astrologi dan hydrologi. Berada di ketinggian 117 meter dari pusat Jungfraujoch yang dapat dinaiki dengan menggunakan lift. Setiba di gedung observasi tersebut yang dinamakan Sphinx, maka kepuasan mata memandang sekeliling 360 derajat menjadi sebuah pengalaman yang dapat membuat kita semakin mengagumi kebesaran Sang Pencipta. Dari pusat Sphinx, Anda dapat melihat dengan jelas dan dekat tentang keanggunan 2 puncak gunung Mönch (4107 m ü.M) dan Jungfrau (4158 m ü.M), tinggal lihat ke kiri dan ke kanan, karena Anda tepat berada di antaranya. Diperkirakan sekitar 500 ribu orang mengunjungi tempat wisata Jungfraujoch ini setiap tahun dari berbagai penjuru dunia. Dari Asia, bangsa Jepang nampaknya yang paling banyak berkunjung ke sana, barangkali juga ada hubungan historikal antara insinyur Jepang dan Swiss dalam project rel kereta api yang menerobos bebatuan pada masa yang lampau.

Dari Sphinx tampak puncak Mönch

Dari Sphinx tampak puncak Mönch

Namun ada satu hal yang harus Anda cermati bila bepergian ke sana, yaitu agar berjalan pelan-pelan (tidak buru-buru ataupun berlari) termasuk saat menaiki atau menuruni tangga, karena efek ketinggian dimana tekanan udara makin rendah dan juga kandungan oksigen yang berkurang seiring dengan lebih renggangnya kerapatan udara. Dan himbauan tersebut dapat Anda baca pada setiap lorong atau tangga yang Anda temui. Bila berjalan buru-buru dapat membuat kerja jantung Anda lebih keras dari  biasanya untuk mengimbangi kebutuhan energi. Untuk orang tua, ambillah waktu untuk duduk istirahat sejenak untuk melepas capek.

Hamparan Es di luar gedung...

Hamparan Es di luar gedung...

Namun, dibandingkan dengang pengalaman dan petualangan di puncak Jungfraujoch yang dinas wisata Swiss menamakannya “Antara Sorga dan Bumi” (Zwischen Himmel und Erde, Between Heaven and Earth) sungguhlah tepat, dan Anda tidak rugi untuk membuktikannya.

DSCN2674

Antara Sorga dan Bumi

Selamat menikmati liburan Anda bersama keluarga ataupun orang yang Anda kasihi.

catatan:

m ü. M =meter über Meer, meter di atas permukaan laut

UNESCO = United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization

ditulis oleh: Alfonco Sinaga

Rigi, Ratunya Pegunungan

Liburan sekolah belum usai, dalam rangka itu saya juga  ikut ambil cuti kerja agar bisa liburan sama-sama dengan keluarga, kebetulan di kantor juga load tidak begitu tinggi, maka cuti 1 minggu pun saya ambil tanpa ragu. Hari itu Kamis, 16 Juli 2009, kali ini kami memilih Rigi sebagai sasaran jalan-jalan. Rigi itu adalah sebuah kawasan wisata pegunungan, di Swiss disebut sebagai “Königin der Berge” atau “Ratunya Pegunungan”, namun saya merasa yakin bahwa benar-benar Rigi itu adalah bak seorang Ratu, sangat cantik nan menawan, disamping tingginya “cuma” 1800 m di atas permukaan laut, tidak tinggi-tinggi amat dibandingkan dengan lokasi wisata pegunungan lainnya.

Baru tiba di Rigi Kulm

Baru tiba di Rigi Kulm

Karena tidak terlalu tinggi itulah maka di sana ditemukan tanaman, bunga-bungaan, rumput-rumputan, pohon-pohon yang masih tumbuh sempurna. Dari puncak Rigi Kulm akan tampak hamparan pegunungan ke berbagai penjuru, dan pegunungan ini diapit oleh 2 danau yaitu danau Zug (Zugersee) dan Danau Vierwaldstättersee, pokoknya luar biasa! Hanya itu yang bisa saya gambarkan.

Vierwaltstättersee

Vierwaldstättersee

Dari puncak Rigi Kulm, tampaknya lalu lintas kapal danau yang ramai, perahu layar dan speed boad yang sangat ramai, maklum ini kan musim panas. Untuk mengetahui lebih detail tentang Rigi ini, silahkan berkunjung pada link berikut ini :

http://www.rigi.ch/de/welcome.cfm

Perjalanan kali ini kami pilih dengan metode “keliling” yaitu naik kereta menuju Art-Goldau (via Zürich), kemudian dari Goldau naik kereta api pegunungan sampai ke puncak Rigi Kulm, kemudian nanti pulangnya dari Rigi Kulm turun dengan kereta api pegunungan menuju Vitznau atau naik kereta kabel (cable car) ke Weggis, cukup dengan bayar tageskarte (tiket seharian) 31,- sFr per orang halbtax, anak sampai 16 th masih gratis saat itu, selanjutnya dari Vitznau atau Weggis naik kapal danau menuju Luzern dan dari Luzern baru kembali ke rumah Oberentfelden. Benar-benar keliling, dan sungguh mengesankan dan lengkap rasanya.

Makan Siang

Makan Siang

Kami tiba di puncak Rigi-Kulm pukul 12 siang kurang, setelah menikmati pemandangan sebentar kami harus antri untuk makan siang, banyak sekali pelancong saat itu, sehingga restoran itu penuh sekali. Kami pun menikmati makan siang di puncak itu dengan pemandangan hamparan pegunungan yang hijau yang tampak hingga jauh di sana, juga tak mau ketinggalan lembu-lembu sejak tadi menikmati makan siangnya di hamparan lapangan rumput di area pegunungan itu, suara lonceng yang digantung di lehernya kedengaran berdering-dering nyaring sampai jauh.

Familie

Familie

Tampak para pelancong berjalan menyusuri jalan-jalan yang sudah disediakan yang menyisir bibir pegunungan dan tebing juga berkelok-kelok, karena selain akses dengan kereta api pegunungan, kereta kabel, juga orang bisa turun atau naik dengan berjalan kaki, cuma harus siapkan fisik dan sepatu gunung agar merasa nyaman di perjalanan, namun banyak orang yang memilih cara itu, terutama untuk turunnya.

Kereta jurusan Vitznau

Kereta jurusan Vitznau

Perjalanan kereta api untuk naik ke Rigi Kulm dari Goldau adalah sekitar 30 menit, demikian juga turunnya termasuk ke Vitznau. Namun kalau kereta kabel cuma 10 menit dari Rigi Kaltbad ke Weggis, tapi sungguh mengesankan, apalagi kalau pas mau turun, tampaklah kota pinggir danau, Weggis dari puncak Rigi Kaltbad yang terjal dan tinggi, wao sungguh mengagumkan.

Kereta dari Goldau

Kereta dari Goldau

Dari Staffel ke Rigi Kulm pp, kami sempatkan menikmati kereta api uap peninggalan masa lalu, yang masih menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya, ukurannya kecil, dan memang diperuntukkan untuk wisata. Petugasnya sudah tua-tua, tapi sangat ramah, dengan seragam khas mereka yang tampak berwibawa.

Kereta Uap Kuno

Kereta Uap Kuno

Masinisnya berkumis tebal yang ujungnya dilipat ke atas, bertopi dan tampak kekar dan gagah, dialah yang menjalankan kereta, menambah bahan bakar batu bara untuk memasak air dalam ketel uap, dan ketel uapnya menghasilkan uap yang akan memutar mesin kereta. Cukup bayar 3,- sFr sudah bisa menikmati perjalanan 10 menit tersebut, sungguh sebuah pengalaman unik dan pertama kali tentunya naik kereta api uap kuno.

bersama petugas kereta api uap

bersama petugas kereta api uap

Ada satu pengalaman yang sangat unik, yang mana hal tersebut sangat kutunggu-tunggu dari dulu, kapan bisa melihat orang Swiss memainkan alat musik khas Swiss yang bentuknya panjang bahkan sangat panjang dan suaranya sangat merdu dan biasanya alat musik ini ditiup dari atas pegunungan dengan personil puluhan orang (saat itu ada 14 orang plus 1 pelatihnya). Nama alat musik itu adalah Alphorn. Kebetulan saat kami berjalan-jalan di sana, kami beruntung ada satu grup musik ini yang sedang memainkannya, suaranya benar-benar merdu dan indah sekali.

Memainkan alat musik Alphorn

Memainkan alat musik Alphorn

Alphorn

Alphorn

Dekat lapangan rumput tempat bermain alat musik Alphorn, juga di sana adalah tempat terjun payung, yang banyak digunakan para penggemar wisata terjun payung, tapi tentu saja harus dengan sertifikat, artinya tidak boleh sembarang orang menikmati jenis wisata ini.

I love Jesus

I love Jesus

Seseorang yang baru terjun payung

Seseorang yang baru terjun payung

 

Di berbagai lokasi juga ada disediakan Spielplatz, atau tempat bermain untuk anak-anak, sehingga anak-anak bisa bermain di sana dengan gembira. Di atasnya tampak jalur kereta kabel menuju dan dari Weggis.

Cable Car

Cable car mau jemput penumpang dari atas

Sekitar pukul 6 sore, kami sudah tiba di Vitznau dan Weggis, selanjutnya sekitar 45 menit naik kapal menuju Luzern, kemudian pulang ke rumah Oberentfelden.

Schiff mau ke Luzern

Das Schiff nach Luzern

Sungguh sebuah perjalanan yang luar biasa, dan saya benar-benar yakin bahwa Rigi adalah Königin der Berge, ratunya pegunungan…

 

ditulis oleh : Alfonco Sinaga

Mt. Pilatus 2132 M, Switzerland

Pengantar: Dapatkan kisah Pontius Pilatus pada akhir tulisan, Pilatus adalah orang yang bertanggungjawab telah menyalibkan Yesus Kristus.

Tepat pada peringatan hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga, yang tahun ini jatuh pada Jumat, tanggal 22 Mei 2009, (sehari sebelum kami pulkam ke kampung halaman karena berita duka, ayah tercinta sudah dipanggil Tuhan), kami sekeluarga memilih untuk bertamasya naik ke puncak gunung Pilatus 2132 M di atas permukaan laut. Rangkaian perjalanan ke sana, kami mulai naik kereta api dari tempat kami menuju Luzern. Dan dari Luzern kami menaiki kapal danau yang akan mengantar kami ke pelabuhan akhir Alpnachstad menuju puncak Pilatus. Untuk lebih detailnya silahkan mengunjungi situs :

http://www.pilatus.ch/

Dari Luzern, kami sudah membeli tiket terusan satu paket Luzern-Aplnachstad-Pilatus Kulm-Kriens-Luzern, cukup satu tiket seharga sekitar 45 sFr utk dewasa, dan gratis untuk anak di bawah 6 tahun. Waktu itu Gerald perlu 2 hari lagi untuk 6 tahun, jadi masih gratis…hehehe. Dari Luzern ke Aplnachstad naik kapal danau, dari Alpnachstad ke Pilatus Kulm naik Pilatus Bahn, kereta api khusus utk bisa naik menanjak sampai 45 derajat, kemudian dari Pilatus Kulm naik cable car dan gondola menuju Kriens dan dari Kriens naik bus menuju Luzern, selanjutnya pulang dengan KA reguler.

Photo ini diambil dari kapal danau yang kami tumpangi ukuran lebih besar dan berlawanan arah

Photo ini diambil dari kapal danau yang kami tumpangi ukuran lebih besar dan berlawanan arah, sesaat meninggalkan kota Luzern

Perjalanan mengarungi danau yang dimiliki oleh 4 kanton sehingga dinamakan danau Vierwaldstättersee (vier = 4, dan see = danau, dalam bahasa Jerman), yang memakan waktu kurang lebih 90 menit itu sungguh fantastis, pemandangan sekeliling danau sungguh menakjubkan, mulai dari pegunungan yang indah, di kejauhan tampak gletsier yang selalu membalut pegunungan itu sepanjang masa, juga pemandangan tempat tinggal dan aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar danau menjadi pemandangan yang sungguh luar biasa.

Di kejauhan tampak pegunungan es yang sangat mempesona

Di kejauhan tampak pegunungan es yang sangat mempesona

Kapal danau itu sering juga berhenti dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya, untuk menurunkan dan menaikkan penumpang dari daerah itu. Bentuk danau tersebut sungguh berliku-liku tidak berbentuk bulat atau lonjong memanjang seperti layaknya danau pada umumnya.

Vierwaldstättersee

Vierwaldstättersee

Sungguh indah dan luar biasa pemandangan di sepanjang perjalanan, kiri kanan danau semuanya sangat indah, airnya yang tenang dan jernih menambah indahnya perjalanan hari itu. Kapal nya pun melaju dengan gagah perkasa dan menciptakan rasa nyaman dan aman, dikemudikan oleh kapten kapal yang tampak sungguh berpengalaman dan professional.

Suasana di atas kapal

Suasana di atas kapal

Kehidupan masyarakat di sepanjang pinggir danau juga sangat modern, nampak dari bangunan-bangunan di sana, cukup kokoh berdiri dan rapi, serta kapal-kapal mereka, seperti speed boad, perahu, dll, diparkir dengan bagus menggunakan peralatan dan teknologi yang memadai. Juga di sepanjang pinggir danau, tampak banyak rumah-rumah peristirahatan, atau berupa villa dan taman-taman ataupun restoran.

Kehidupan di pinggir danau

Kehidupan di pinggir danau, di lereng pebukitan ada peternakan domba

Dari kejauhan tampaklah gunung batu Pilatus yang berwarna agak gelap, maklum karena didominasi oleh bebatuan yang sebagian diselimuti oleh es abadi. Di sana tidak tumbuh banyak tanaman, sangat gersang, barangkali disebabkan oleh suhu rata-rata tahunan yang rendah, sehingga tidak memungkinkan tanaman tumbuh sempurna di samping pegunungan tersebut adalah sebenarnya terdiri dari bebatuan yang sudah kokoh selama ribuan tahun.

Mount Pilatus tampak dari kejauhan, tapi kapal masih menuju kiri, tidak langsung lurus ke depan

Mount Pilatus tampak dari kejauhan, tapi kapal masih menuju kiri, tidak langsung lurus ke depan

 

Anak mudanya sedang membelakangi Mt. Pilatus

Anak mudanya sedang membelakangi Mt. Pilatus

Dan akhirnya setelah 90 menit perjalanan dari Luzern, kami tiba di pelabuhan terakhir Alpnachstad, setelah kapal melewati bawah sebuah jembatan dengan ketinggian 7 meter, dimana pada saat melewati jembatan tersebut, tiang menara kapal mesti diturunkan menggunakan tenaga hidrolik sehingga kapal bisa lewat dari bawah jembatan jalan tol tersebut. Dan kamipun tiba di pelabuhan akhir dan selanjutnya akan naik ke Puncak Pilatus dengan menggunakan kereta api yang akan naik menanjak hingga ke puncak Pilatus 2132 meter dpl.

Selamat datang di kaki Puncak Pilatus

Selamat datang di kaki Puncak Pilatus, kereta api khusus sudah menunggu, berwarna merah akan menanjak miring

Kereta api khusus itu dinamakan “WORLD’S STEEPEST COGWHEEL RAILWAY” ( http://www.pilatus.ch/content-n38-sD.html ) karena memang jalannya sangat lambat, kecepatannya maksimum sekitar 3 m/detik, di tengah relnya ada semacam roda gigi tambahan sehingga kereta api tidak akan meluncur sekalipun kemiringan mencapai 45 derajat.

Kereta Api khusus sedang menanjak, tampak ada rel tambahan di tengah rel dan di bawah sana tampak tempat pemberangkatan

Kereta Api khusus sedang menanjak, tampak ada rel tambahan di tengah rel dan di bawah sana tampak tempat pemberangkatan

Dibutuhkan waktu 30-40 menit hingga mencapi puncak Pilatus, dan di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati alam sekitar, pohon-pohon yang tinggi dan lurus-lurus, juga rumput-rumput serta bunga-bunga hutan, apalagi saat itu kan musim semi, sungguh mempesona.

Inilah kereta api khusus yang sudah tiba di puncak Pilatus 2132 M

Inilah kereta api khusus yang sudah tiba di puncak Pilatus 2132 M

Setiba kami di puncak Pilatus, waktu sudah menunjukkan jam makan siang, lalu setelah kami berjalan-jalan sebentar, kami mencari restoran untuk makan siang di sana. Puncak itu dinamakan Pilatus Kulm, di sana lengkap juga seperti Hotel, toko souvenir, restoran. Jadi Anda juga bisa menghabiskan uang Anda di sana, dan soal harga tidak jauh beda dengan di tempat lainnya di kota, itulah keunikan Swiss, soal harga makanan dan barang nyaris tidak ada perbedaan dimanapun, termasuk di Airport.

Makan siang di Puncak Pilatus

Makan siang di Puncak Pilatus

Sehabis makan siang, kami berjalan menaiki tempat-tempat yang sudah memang disediakan untuk dikunjungi para pengunjung, banyak jalan dan banyak tujuan yang bisa dinikmati di sana, hanya saja, hati-hati bagi Anda yang tidak tahan akan ketinggian, yang bisa menjadi tidak seimbang melihat kecuraman dan ketinggian, sebaiknya jangan coba-coba ke tempat-tempat yang tinggi dan terjal. Oh ya biaya makan siang kami bertiga, cuma sekitar 65 sFr, gak mahal kan, itu juga keunikan Swiss, tidak seperti di tempat liburan di tempat wisata di belahan Eropa lainnya spt Italia dan Francis, biaya makan sangat mahal, kayak disengaja.

Latarbelakang Hotel Pilatus Kulm dan Restoran tempat kami makan siang tadi

Latarbelakang Hotel Pilatus Kulm dan di bawahnya Restoran tempat kami makan siang tadi

Sekali lagi bila  Anda tidak bisa ketinggian, maka jangan coba-coba naik ke puncak lebih tinggi, karena di sisi kiri Anda ataupun di belakang Anda langsung terjal hampir 90 derajat sampai ratusan meter, dan hanya ada penyanggah pagar kayu di satu sisi.

Ihhh...di belakang langsung terjal

Ihhh...di belakang langsung terjal

Sekitar 3-4 jam kami menikmati keindahan pemandangan dari puncak Pilatus yang bisa melihat ke seluruh penjuru 360 derajat, nampaklah danau Vierwaldstättersee yang berliku-liku itu dan juga kota-kota kecil di bawah sana seperti Kriens, dsb. Kami juga mengunjungi toko souvenir dan mencoba fasilitas internet di sana, sayang harus bayar minimal 1 sFr. Oh ya selain tujuan wisata, Puncak Pilatus ini juga dimanfaatkan sebagai stasiun Meteorologi, jadi multi fungsi lah.

Cukup puas kami pun memutuskan untuk turun, kalau tadi naik dengan kereta api, sekarang kami putuskan untuk turun dengan cableway, atau cable car, yaitu sebuah gondola bermuatan 40 orang digantung pada 4 cable berukuran  cukup besar berkualitas tinggi serta memiliki kelenturan yang teruji sehingga cable itu akan ditarik dari stasiunnya, sementara gondola itu tetap terkunci pada ke-4 cable tersebut, spesifikasi cablecar  tersebut bisa dibaca pada situs http://www.pilatus.ch/content-n40-sD.html 

Cableway atau cablecar dari Pilatus Kulm menuju Frakmünteg selama 5 menit

Cableway atau cablecar muatan 40 orang dari Pilatus Kulm menuju Frakmünteg selama 5 menit

Setelah tiba di Frakmünteg selama 5 menit dari Puncak Pilatus Kulm, kami harus ganti cable way dengan ukuran lebih kecil isinya maksimum 4 orang dinamakan Panorama Gondelbahn, tapi jumlahnya sangat banyak bergelantungan ditarik dengan 1 cable ukuran besar, untuk spesifikasinya silahkan kunjungi link http://www.pilatus.ch/content-n40-sD.html. Kami tidak langsung melanjutkan perjalanan dengan Gondelbahn ini, tapi kami keluar lagi dari stasiun karena di luar sana ada lagi tempat rekreasi, seperti mobil-mobilan yang meluncur dari bebukitan berkelok-kelok hingga ke bawah, juga ada kabel-kabel seluncur dan orangnya bergelantungan meluncur ke tempat yang lebih rendah, dan juga ada tempat bermain untuk anak-anak, dan di Frakmünteg ini juga tersedia Restoran di kaki gunung itu.

Panorama Gondelbahn, muatannya maksimum 4 orang

Panorama Gondelbahn, muatannya maksimum 4 orang

Gondelbahn ini akan tidak langsung ke Kriens, tapi mesti ganti Gondelbahn lagi di Krienseregg, karena ada batas panjang tertentu dari cable tersebut utk satu putaran. Di Kriensebergg, kami singgah selama kurang lebih 1 jam, karena di sana ada juga tempat bermain anak-anak splieplatz yang cukup memadai dan menarik serta menantang, seperti perosotan, ayunan, dan jejaring tambang yang dirangkai sedemikian rupa utk tempat anak-anak mencoba nyali dan kemampuan berjalan dari jejaring tambang tersebut. Gerald sangat menikmati tantangan ini.

 

Panorama Gondelbahn Frakmünteg-Kriens

Panorama Gondelbahn Frakmünteg-Kriens, kejauhan Mt. Pilatus

Setelah sekitar 1 jam, hari semakin sore, sudah pukul 5 lewat, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan ke Kriens dengan masih menggunakan Panorama Gondolbahn, di sepanjang jalan, tampak pucuk-pucuk pepohonan yang sedang berdaun lebat dan tampak lahan-lahan pertanian serta peternakan, juga pemukiman-pemukiman penduduk, sesekali terdengar lonceng yang digantung pada leher hewan peliharaan seperti lembu, dll. Total waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pilatus Kulm hingga Kriens ada sekitar 30-40 menit, dengan waktu sebanyak itu sungguh banyak pemandangan yang  bisa dinikmati bukan. Dari Kriens kami naik trolley bis TRO No. 1 menuju Luzern, dan selanjutnya kembali ke rumah naik kereta api reguler.

Trolley Bus No 1 (TRO 1) dari Kriens Pilatus-Lende menuju Luzern, sekitar 20 menit

Trolley Bus No 1 (TRO 1) dari Kriens Linde-Pilatus menuju Luzern, 28 menit

Legenda Pilatus

Pada jaman dahulu, sebelum abad ke-16, penduduk yang tinggal di sekitar Puncak Pilatus, selalu dihebohkan dan diganggu oleh badai dan guntur yang dapat membinasakan yang datang dari sebuah danau kecil yang ada di sekitar Puncak Pilatus yang dinamakan Danau Oberalp, ukurannya sangat kecil, bahkan sebenarnya lebih tepat disebut seperti kolam, namun karena kolam itu terjadi secara alami maka di sini tetap disebut itu sebuah danau.

Oberalpsee atau Danau Oberalp yang sangat kecil

Oberalpsee atau Danau Oberalp yang sangat kecil

Badai gemuruh disertai guntur akan menggelegar manakala air danau itu bergejolak dan bergoncang, penduduk setempat meyakini itu adalah sebagai pertanda bangkitnya arwah Pontius Pilatus yang terjadi setiap Good Friday, yaitu saat Yesus disalibkan, yang mana keputusan tersebut tidak lepas dari keputusan kepemimpinan Pontius Pilatus saat itu. Masyarakat setempat kala itu percaya bahwa setiap sekali setahun pada hari Jumat Agung, Good Friday, maka arwah Pontius Pilatus seolah sedang mencuci darah Yesus Kristus dari tangannya dengan air Danau Oberalp yang jernih itu. Memang benar, kala orang berduyun-duyun datang kepada Pilatus untuk meminta persetujuan untuk menyalibkan Yesus Kristus, memang Pontius Pilatus mencuci tangannya dan menyerahkan sepenuhnya kepada orang-orang yang sudah ramai di luar istananya apakah Yesus Kristus disalibkan atau tidak, sebuah sikap yang tidak semestinya sebagai pemimpin, karena “cuci tangan” dari ketidakadilan.

Illustrasi Danau Pilatus

Illustrasi Danau Pilatus

Bagaimana mungkin air danau yang cuma sedikit itu dapat mengeluarkan tenaga dan badai gemuruh yang menggelegar? Maka orang meyakini pasti ada peranan roh arwah seseorang yaitu Pilatus yang sedang menjelma dalam reinkarnasi berupa badai gemuruh dan guntur disertai air danau yang bergejolak. Seperti diketahui pada abad pertengahan, orang sangat percaya pada hal-hal mistis dan mantra-mantra. Banyak orang jaman dulu yang pergi berguru ke sana, dan belajar untuk mendalami ilmu-ilmu mistis dan juga menguji ketenangan arwah Pontius Pilatus semenjak kejadian-kejadian itu.

Bagaimana Jasad Pontius Pilatus Sampai ke Swiss

Memang patut dipertanyakan, Pontius Pilatus kan bekas Gubernur Romawi, yang artinya semestinya jasadnya dikubur di Italia sana, atau di Roma, tidak mesti jauh-jauh ke Swiss. Bayangkan dari Roma ke Puncak Pilatus Swiss ini barangkali dipisahkan ribuan kilometer, tapi koq bisa?

Setelah kematian Pontius Pilatus Sang Gubernur Romawi, banyak sekali mitos negatif yang berkembang, tentu hal itu dikaitkan dengan ketidakteladanannya dalam kepemimpinannya, reputasinya yang jelek, yang telah “membiarkan” Yesus Kristus seorang yang tidak ditemukan kesalahannya tapi disalibkan, bahkan disebutkan Kaisar Tiberius, mencampakkannya ke dalam gilingan rantai sebagai hukuman padanya karena sikapnya yang membiarkan Yesus Kristus disalibkan, dan Pilatus berniat bunuh diri. Lalu jasadnya ditenggelamkan ke Sungai Tiber di Italia, namun sungai itupun menolak kehadirannya, yang menimbulkan banjir besar. Lalu kemudian jasad Pilatus ditenggelamkan ke Sungai Rhone, namun sama saja, tetap membuat masalah dan kesulitan. (Sungai Rhone adalah sebuah sungai besar yang melalui Swiss dan Francis, sebuah sungai utama di Eropa).

Sungai Tiber di Italia

Sungai Tiber di Italia

Sungai Rhone melalui Swiss dan Francis

Sungai Rhone melalui Swiss dan Francis

Akhirnya jasadnya ditenggelamkan ke sebuah tempat yang jauh, di sebuah danau yang sangat kecil yaitu Danau Oberalp di Switzerland. Di sana, nampaknya arwahnya tidak terlalu membuat banyak masalah, hanya sekali setahun yaitu pada saat Jumat Agung, yaitu berupa badai dan gemuruh yang menakutkan dan air danau bergejolak.

Danau Pilatus, Pilatussee

Danau Pilatus, Pilatussee

Sekali setahun itu, saat peringatan penyaliban Yesus Kristus, arwah Pilatus menampakkan diri, menggambarkan dia duduk di kursi keagungan di tengah danau Pilatus, rambut abu-abunya berurai di air danau dan di kepalanya mengenakan mahkota keemasan sebagai yang bertindak seorang Hakim Agung kala itu yang menghakimi Yesus Kristus.

Arwah Pilatus Diusir pada Tahun 1585

Pada pertengahan abad ke-16, ketakutan yang melanda orang mulai dilawan oleh penduduk, dan pada tahun 1585, tersebutlah seorang Pendeta dari daerah Lucerne, Switzerland, dengan mengerahkan penduduk kota di sekitar Puncak Pilatus, mereka mendaki Puncak Pilatus (yang mencapai ketinggian 2132 m, spt sudah disebutkan di atas), sembari mereka menabuh genderang (drum band) yang bersuara keras untuk menantang arwah Pilatus. Mereka melempari batu ke dalam danau (kolam) yang kecil itu, dan mengarungi serta menyeberangi danau kecil itu. Namun roh Pilatus tidak bereaksi sama sekali.

Lalu pada tahun 1594, untuk meyakinkan roh Pilatus sudah pergi, di pinggir danau digalilah lobang untuk mengeringkan air danau itu. Barulah gangguan arwah Pilatus itu tidak terjadi lagi, hingga 400 tahun kemudian, hingga tahun 1980, galian itu sudah ditutup kembali, sehingga danau Pilatus itu menjadi ada lagi hingga sekarang. Dan kawasan Pilatus sekarang sudah “disulap” menjadi tujuan wisata domestik bahkan manca negara, sebuah wisata pegunungan yang sudah dikenal di seluruh penjuru dunia. Dan mereka yakin bahwa roh Pilatus sudah tenang di alamnya, rest in peace.

Demikianlah, cerita ini disadur dari sumbernya, tentu penyadurannya bisa tidak sempurna, untuk itu mohon kritikannya.

Pesan moral dari cerita ini adalah :

Janganlah kita sampai berlaku seperti seorang Pilatus, yang menghukum orang yang tidak bersalah Yesus Kristus, jangan kita menjadi orang yang menjalimi orang lain, dengan tangan kita yang gagah perkasa itu. Uang, kekuasaan dan pengaruh jangan sampai membuat orang atau pihak lain kita jalimi, ingat keadilan itu hanya Tuhan yang berhak mengadili. Namun, andaikata hukuman tidak “dibiarkan” Pilatus, maka grand disain Allah tidak akan terjadi, bahwa anak manusia itu mesti disalibkan, yaitu Yesus Kristus, namun sebisa mungkin, kalaupun sudah bagian dari “rencana Tuhan”, sebisa mungkin janganlah kita jadi seorang Pilatus abad modern.

Salam dalam kasih

ditulis oleh : Alfonco Sinaga