Pengantar: Dapatkan kisah Pontius Pilatus pada akhir tulisan, Pilatus adalah orang yang bertanggungjawab telah menyalibkan Yesus Kristus.
Tepat pada peringatan hari kenaikan Yesus Kristus ke sorga, yang tahun ini jatuh pada Jumat, tanggal 22 Mei 2009, (sehari sebelum kami pulkam ke kampung halaman karena berita duka, ayah tercinta sudah dipanggil Tuhan), kami sekeluarga memilih untuk bertamasya naik ke puncak gunung Pilatus 2132 M di atas permukaan laut. Rangkaian perjalanan ke sana, kami mulai naik kereta api dari tempat kami menuju Luzern. Dan dari Luzern kami menaiki kapal danau yang akan mengantar kami ke pelabuhan akhir Alpnachstad menuju puncak Pilatus. Untuk lebih detailnya silahkan mengunjungi situs :
http://www.pilatus.ch/
Dari Luzern, kami sudah membeli tiket terusan satu paket Luzern-Aplnachstad-Pilatus Kulm-Kriens-Luzern, cukup satu tiket seharga sekitar 45 sFr utk dewasa, dan gratis untuk anak di bawah 6 tahun. Waktu itu Gerald perlu 2 hari lagi untuk 6 tahun, jadi masih gratis…hehehe. Dari Luzern ke Aplnachstad naik kapal danau, dari Alpnachstad ke Pilatus Kulm naik Pilatus Bahn, kereta api khusus utk bisa naik menanjak sampai 45 derajat, kemudian dari Pilatus Kulm naik cable car dan gondola menuju Kriens dan dari Kriens naik bus menuju Luzern, selanjutnya pulang dengan KA reguler.
Photo ini diambil dari kapal danau yang kami tumpangi ukuran lebih besar dan berlawanan arah, sesaat meninggalkan kota Luzern
Perjalanan mengarungi danau yang dimiliki oleh 4 kanton sehingga dinamakan danau Vierwaldstättersee (vier = 4, dan see = danau, dalam bahasa Jerman), yang memakan waktu kurang lebih 90 menit itu sungguh fantastis, pemandangan sekeliling danau sungguh menakjubkan, mulai dari pegunungan yang indah, di kejauhan tampak gletsier yang selalu membalut pegunungan itu sepanjang masa, juga pemandangan tempat tinggal dan aktivitas masyarakat yang tinggal di sekitar danau menjadi pemandangan yang sungguh luar biasa.
Di kejauhan tampak pegunungan es yang sangat mempesona
Kapal danau itu sering juga berhenti dari pelabuhan ke pelabuhan lainnya, untuk menurunkan dan menaikkan penumpang dari daerah itu. Bentuk danau tersebut sungguh berliku-liku tidak berbentuk bulat atau lonjong memanjang seperti layaknya danau pada umumnya.
Vierwaldstättersee
Sungguh indah dan luar biasa pemandangan di sepanjang perjalanan, kiri kanan danau semuanya sangat indah, airnya yang tenang dan jernih menambah indahnya perjalanan hari itu. Kapal nya pun melaju dengan gagah perkasa dan menciptakan rasa nyaman dan aman, dikemudikan oleh kapten kapal yang tampak sungguh berpengalaman dan professional.
Suasana di atas kapal
Kehidupan masyarakat di sepanjang pinggir danau juga sangat modern, nampak dari bangunan-bangunan di sana, cukup kokoh berdiri dan rapi, serta kapal-kapal mereka, seperti speed boad, perahu, dll, diparkir dengan bagus menggunakan peralatan dan teknologi yang memadai. Juga di sepanjang pinggir danau, tampak banyak rumah-rumah peristirahatan, atau berupa villa dan taman-taman ataupun restoran.
Kehidupan di pinggir danau, di lereng pebukitan ada peternakan domba
Dari kejauhan tampaklah gunung batu Pilatus yang berwarna agak gelap, maklum karena didominasi oleh bebatuan yang sebagian diselimuti oleh es abadi. Di sana tidak tumbuh banyak tanaman, sangat gersang, barangkali disebabkan oleh suhu rata-rata tahunan yang rendah, sehingga tidak memungkinkan tanaman tumbuh sempurna di samping pegunungan tersebut adalah sebenarnya terdiri dari bebatuan yang sudah kokoh selama ribuan tahun.
Mount Pilatus tampak dari kejauhan, tapi kapal masih menuju kiri, tidak langsung lurus ke depan
Anak mudanya sedang membelakangi Mt. Pilatus
Dan akhirnya setelah 90 menit perjalanan dari Luzern, kami tiba di pelabuhan terakhir Alpnachstad, setelah kapal melewati bawah sebuah jembatan dengan ketinggian 7 meter, dimana pada saat melewati jembatan tersebut, tiang menara kapal mesti diturunkan menggunakan tenaga hidrolik sehingga kapal bisa lewat dari bawah jembatan jalan tol tersebut. Dan kamipun tiba di pelabuhan akhir dan selanjutnya akan naik ke Puncak Pilatus dengan menggunakan kereta api yang akan naik menanjak hingga ke puncak Pilatus 2132 meter dpl.
Selamat datang di kaki Puncak Pilatus, kereta api khusus sudah menunggu, berwarna merah akan menanjak miring
Kereta api khusus itu dinamakan “WORLD’S STEEPEST COGWHEEL RAILWAY” ( http://www.pilatus.ch/content-n38-sD.html ) karena memang jalannya sangat lambat, kecepatannya maksimum sekitar 3 m/detik, di tengah relnya ada semacam roda gigi tambahan sehingga kereta api tidak akan meluncur sekalipun kemiringan mencapai 45 derajat.
Kereta Api khusus sedang menanjak, tampak ada rel tambahan di tengah rel dan di bawah sana tampak tempat pemberangkatan
Dibutuhkan waktu 30-40 menit hingga mencapi puncak Pilatus, dan di sepanjang perjalanan kita bisa menikmati alam sekitar, pohon-pohon yang tinggi dan lurus-lurus, juga rumput-rumput serta bunga-bunga hutan, apalagi saat itu kan musim semi, sungguh mempesona.
Inilah kereta api khusus yang sudah tiba di puncak Pilatus 2132 M
Setiba kami di puncak Pilatus, waktu sudah menunjukkan jam makan siang, lalu setelah kami berjalan-jalan sebentar, kami mencari restoran untuk makan siang di sana. Puncak itu dinamakan Pilatus Kulm, di sana lengkap juga seperti Hotel, toko souvenir, restoran. Jadi Anda juga bisa menghabiskan uang Anda di sana, dan soal harga tidak jauh beda dengan di tempat lainnya di kota, itulah keunikan Swiss, soal harga makanan dan barang nyaris tidak ada perbedaan dimanapun, termasuk di Airport.
Makan siang di Puncak Pilatus
Sehabis makan siang, kami berjalan menaiki tempat-tempat yang sudah memang disediakan untuk dikunjungi para pengunjung, banyak jalan dan banyak tujuan yang bisa dinikmati di sana, hanya saja, hati-hati bagi Anda yang tidak tahan akan ketinggian, yang bisa menjadi tidak seimbang melihat kecuraman dan ketinggian, sebaiknya jangan coba-coba ke tempat-tempat yang tinggi dan terjal. Oh ya biaya makan siang kami bertiga, cuma sekitar 65 sFr, gak mahal kan, itu juga keunikan Swiss, tidak seperti di tempat liburan di tempat wisata di belahan Eropa lainnya spt Italia dan Francis, biaya makan sangat mahal, kayak disengaja.
Latarbelakang Hotel Pilatus Kulm dan di bawahnya Restoran tempat kami makan siang tadi
Sekali lagi bila Anda tidak bisa ketinggian, maka jangan coba-coba naik ke puncak lebih tinggi, karena di sisi kiri Anda ataupun di belakang Anda langsung terjal hampir 90 derajat sampai ratusan meter, dan hanya ada penyanggah pagar kayu di satu sisi.
Ihhh...di belakang langsung terjal
Sekitar 3-4 jam kami menikmati keindahan pemandangan dari puncak Pilatus yang bisa melihat ke seluruh penjuru 360 derajat, nampaklah danau Vierwaldstättersee yang berliku-liku itu dan juga kota-kota kecil di bawah sana seperti Kriens, dsb. Kami juga mengunjungi toko souvenir dan mencoba fasilitas internet di sana, sayang harus bayar minimal 1 sFr. Oh ya selain tujuan wisata, Puncak Pilatus ini juga dimanfaatkan sebagai stasiun Meteorologi, jadi multi fungsi lah.
Cukup puas kami pun memutuskan untuk turun, kalau tadi naik dengan kereta api, sekarang kami putuskan untuk turun dengan cableway, atau cable car, yaitu sebuah gondola bermuatan 40 orang digantung pada 4 cable berukuran cukup besar berkualitas tinggi serta memiliki kelenturan yang teruji sehingga cable itu akan ditarik dari stasiunnya, sementara gondola itu tetap terkunci pada ke-4 cable tersebut, spesifikasi cablecar tersebut bisa dibaca pada situs http://www.pilatus.ch/content-n40-sD.html
Cableway atau cablecar muatan 40 orang dari Pilatus Kulm menuju Frakmünteg selama 5 menit
Setelah tiba di Frakmünteg selama 5 menit dari Puncak Pilatus Kulm, kami harus ganti cable way dengan ukuran lebih kecil isinya maksimum 4 orang dinamakan Panorama Gondelbahn, tapi jumlahnya sangat banyak bergelantungan ditarik dengan 1 cable ukuran besar, untuk spesifikasinya silahkan kunjungi link http://www.pilatus.ch/content-n40-sD.html. Kami tidak langsung melanjutkan perjalanan dengan Gondelbahn ini, tapi kami keluar lagi dari stasiun karena di luar sana ada lagi tempat rekreasi, seperti mobil-mobilan yang meluncur dari bebukitan berkelok-kelok hingga ke bawah, juga ada kabel-kabel seluncur dan orangnya bergelantungan meluncur ke tempat yang lebih rendah, dan juga ada tempat bermain untuk anak-anak, dan di Frakmünteg ini juga tersedia Restoran di kaki gunung itu.
Panorama Gondelbahn, muatannya maksimum 4 orang
Gondelbahn ini akan tidak langsung ke Kriens, tapi mesti ganti Gondelbahn lagi di Krienseregg, karena ada batas panjang tertentu dari cable tersebut utk satu putaran. Di Kriensebergg, kami singgah selama kurang lebih 1 jam, karena di sana ada juga tempat bermain anak-anak splieplatz yang cukup memadai dan menarik serta menantang, seperti perosotan, ayunan, dan jejaring tambang yang dirangkai sedemikian rupa utk tempat anak-anak mencoba nyali dan kemampuan berjalan dari jejaring tambang tersebut. Gerald sangat menikmati tantangan ini.
Panorama Gondelbahn Frakmünteg-Kriens, kejauhan Mt. Pilatus
Setelah sekitar 1 jam, hari semakin sore, sudah pukul 5 lewat, kami pun bergegas melanjutkan perjalanan ke Kriens dengan masih menggunakan Panorama Gondolbahn, di sepanjang jalan, tampak pucuk-pucuk pepohonan yang sedang berdaun lebat dan tampak lahan-lahan pertanian serta peternakan, juga pemukiman-pemukiman penduduk, sesekali terdengar lonceng yang digantung pada leher hewan peliharaan seperti lembu, dll. Total waktu perjalanan yang dibutuhkan dari Pilatus Kulm hingga Kriens ada sekitar 30-40 menit, dengan waktu sebanyak itu sungguh banyak pemandangan yang bisa dinikmati bukan. Dari Kriens kami naik trolley bis TRO No. 1 menuju Luzern, dan selanjutnya kembali ke rumah naik kereta api reguler.
Trolley Bus No 1 (TRO 1) dari Kriens Linde-Pilatus menuju Luzern, 28 menit
Legenda Pilatus
Pada jaman dahulu, sebelum abad ke-16, penduduk yang tinggal di sekitar Puncak Pilatus, selalu dihebohkan dan diganggu oleh badai dan guntur yang dapat membinasakan yang datang dari sebuah danau kecil yang ada di sekitar Puncak Pilatus yang dinamakan Danau Oberalp, ukurannya sangat kecil, bahkan sebenarnya lebih tepat disebut seperti kolam, namun karena kolam itu terjadi secara alami maka di sini tetap disebut itu sebuah danau.
Oberalpsee atau Danau Oberalp yang sangat kecil
Badai gemuruh disertai guntur akan menggelegar manakala air danau itu bergejolak dan bergoncang, penduduk setempat meyakini itu adalah sebagai pertanda bangkitnya arwah Pontius Pilatus yang terjadi setiap Good Friday, yaitu saat Yesus disalibkan, yang mana keputusan tersebut tidak lepas dari keputusan kepemimpinan Pontius Pilatus saat itu. Masyarakat setempat kala itu percaya bahwa setiap sekali setahun pada hari Jumat Agung, Good Friday, maka arwah Pontius Pilatus seolah sedang mencuci darah Yesus Kristus dari tangannya dengan air Danau Oberalp yang jernih itu. Memang benar, kala orang berduyun-duyun datang kepada Pilatus untuk meminta persetujuan untuk menyalibkan Yesus Kristus, memang Pontius Pilatus mencuci tangannya dan menyerahkan sepenuhnya kepada orang-orang yang sudah ramai di luar istananya apakah Yesus Kristus disalibkan atau tidak, sebuah sikap yang tidak semestinya sebagai pemimpin, karena “cuci tangan” dari ketidakadilan.
Illustrasi Danau Pilatus
Bagaimana mungkin air danau yang cuma sedikit itu dapat mengeluarkan tenaga dan badai gemuruh yang menggelegar? Maka orang meyakini pasti ada peranan roh arwah seseorang yaitu Pilatus yang sedang menjelma dalam reinkarnasi berupa badai gemuruh dan guntur disertai air danau yang bergejolak. Seperti diketahui pada abad pertengahan, orang sangat percaya pada hal-hal mistis dan mantra-mantra. Banyak orang jaman dulu yang pergi berguru ke sana, dan belajar untuk mendalami ilmu-ilmu mistis dan juga menguji ketenangan arwah Pontius Pilatus semenjak kejadian-kejadian itu.
Bagaimana Jasad Pontius Pilatus Sampai ke Swiss
Memang patut dipertanyakan, Pontius Pilatus kan bekas Gubernur Romawi, yang artinya semestinya jasadnya dikubur di Italia sana, atau di Roma, tidak mesti jauh-jauh ke Swiss. Bayangkan dari Roma ke Puncak Pilatus Swiss ini barangkali dipisahkan ribuan kilometer, tapi koq bisa?
Setelah kematian Pontius Pilatus Sang Gubernur Romawi, banyak sekali mitos negatif yang berkembang, tentu hal itu dikaitkan dengan ketidakteladanannya dalam kepemimpinannya, reputasinya yang jelek, yang telah “membiarkan” Yesus Kristus seorang yang tidak ditemukan kesalahannya tapi disalibkan, bahkan disebutkan Kaisar Tiberius, mencampakkannya ke dalam gilingan rantai sebagai hukuman padanya karena sikapnya yang membiarkan Yesus Kristus disalibkan, dan Pilatus berniat bunuh diri. Lalu jasadnya ditenggelamkan ke Sungai Tiber di Italia, namun sungai itupun menolak kehadirannya, yang menimbulkan banjir besar. Lalu kemudian jasad Pilatus ditenggelamkan ke Sungai Rhone, namun sama saja, tetap membuat masalah dan kesulitan. (Sungai Rhone adalah sebuah sungai besar yang melalui Swiss dan Francis, sebuah sungai utama di Eropa).
Sungai Tiber di Italia
Sungai Rhone melalui Swiss dan Francis
Akhirnya jasadnya ditenggelamkan ke sebuah tempat yang jauh, di sebuah danau yang sangat kecil yaitu Danau Oberalp di Switzerland. Di sana, nampaknya arwahnya tidak terlalu membuat banyak masalah, hanya sekali setahun yaitu pada saat Jumat Agung, yaitu berupa badai dan gemuruh yang menakutkan dan air danau bergejolak.
Danau Pilatus, Pilatussee
Sekali setahun itu, saat peringatan penyaliban Yesus Kristus, arwah Pilatus menampakkan diri, menggambarkan dia duduk di kursi keagungan di tengah danau Pilatus, rambut abu-abunya berurai di air danau dan di kepalanya mengenakan mahkota keemasan sebagai yang bertindak seorang Hakim Agung kala itu yang menghakimi Yesus Kristus.
Arwah Pilatus Diusir pada Tahun 1585
Pada pertengahan abad ke-16, ketakutan yang melanda orang mulai dilawan oleh penduduk, dan pada tahun 1585, tersebutlah seorang Pendeta dari daerah Lucerne, Switzerland, dengan mengerahkan penduduk kota di sekitar Puncak Pilatus, mereka mendaki Puncak Pilatus (yang mencapai ketinggian 2132 m, spt sudah disebutkan di atas), sembari mereka menabuh genderang (drum band) yang bersuara keras untuk menantang arwah Pilatus. Mereka melempari batu ke dalam danau (kolam) yang kecil itu, dan mengarungi serta menyeberangi danau kecil itu. Namun roh Pilatus tidak bereaksi sama sekali.
Lalu pada tahun 1594, untuk meyakinkan roh Pilatus sudah pergi, di pinggir danau digalilah lobang untuk mengeringkan air danau itu. Barulah gangguan arwah Pilatus itu tidak terjadi lagi, hingga 400 tahun kemudian, hingga tahun 1980, galian itu sudah ditutup kembali, sehingga danau Pilatus itu menjadi ada lagi hingga sekarang. Dan kawasan Pilatus sekarang sudah “disulap” menjadi tujuan wisata domestik bahkan manca negara, sebuah wisata pegunungan yang sudah dikenal di seluruh penjuru dunia. Dan mereka yakin bahwa roh Pilatus sudah tenang di alamnya, rest in peace.
Demikianlah, cerita ini disadur dari sumbernya, tentu penyadurannya bisa tidak sempurna, untuk itu mohon kritikannya.
Pesan moral dari cerita ini adalah :
Janganlah kita sampai berlaku seperti seorang Pilatus, yang menghukum orang yang tidak bersalah Yesus Kristus, jangan kita menjadi orang yang menjalimi orang lain, dengan tangan kita yang gagah perkasa itu. Uang, kekuasaan dan pengaruh jangan sampai membuat orang atau pihak lain kita jalimi, ingat keadilan itu hanya Tuhan yang berhak mengadili. Namun, andaikata hukuman tidak “dibiarkan” Pilatus, maka grand disain Allah tidak akan terjadi, bahwa anak manusia itu mesti disalibkan, yaitu Yesus Kristus, namun sebisa mungkin, kalaupun sudah bagian dari “rencana Tuhan”, sebisa mungkin janganlah kita jadi seorang Pilatus abad modern.
Salam dalam kasih
ditulis oleh : Alfonco Sinaga